![]() |
Add caption |
Bokashi adalah sebuah
metode pengomposan yang dapat menggunakan starter aerobik maupun anaerobik
untuk mengkomposkan bahan organik, yang biasanya berupa campuran molasses, air,
starter mikroorganisme, dan sekam padi. Kompos yang sudah jadi dapat digunakan
sebagian untuk proses pengomposan berikutnya, sehingga proses ini dapat diulang
dengan cara yang lebih efisien.
Starter yang digunakan amat bervariasi, dapat
diinokulasikan dari material sederhana seperti kotoran hewan, jamur, spora
jamur, cacing, ragi, acar, sake, miso, natto, anggur, bahkan bir, sepanjang
material tersebut mengandung organisme yang mampu melakukan proses pengomposan.
Dalam proses pengomposan
di tingkat rumah tangga, sampah dapur umumnya menjadi material yang
dikomposkan, bersama dengan starter dan bahan tambahan yang menjadi pembawa
starter seperti sekam padi, sisa gergaji kayu, ataupun kulit gandum dan batang
jagung (Yusuf, 2000). Mikroorganisme starter umumnya berupa bakteri asam
laktat, ragi, atau bakteri fototrofik yang bekerja dalam komunitas bakteri,
memfermentasikan sampah dapur dan mempercepat pembusukan materi organik.
Umumnya pengomposan
berlangsung selama 10-14 hari. Kompos yang dihasilkan akan terlihat berbeda
dengan kompos pada umumnya; kompos bokashi akan terlihat hampir sama dengan
sampah aslinya namun lebih pucat. Pembusukan akan terjadi segera setelah pupuk
kompos ditempatkan di dalam tanah. Pengomposan bokashi hanya berperan sebagai
pemercepat proses pembusukan sebelum material organik diberikan ke alam.
Pupuk Bokashi, menurut
Wididana et al (1996) dapat memperbaiki sifat fisika, kimia, dan biologi tanah,
meningkatkan produksi tanaman dan menjaga kestabilan produksi tanaman, serta
menghasilkan kualitas dan kuantitas hasil pertanian yang berwawasan lingkungan.
Pupuk bokashi tidak meningkatkan unsur hara tanah, namun hanya memperbaiki
sifat fisika, kimia, dan biologi tanah, sehingga pupuk anorganik masih
diperlukan (Cahyani, 2003).
Pupuk bokashi, seperti pupuk kompos lainnya, dapat
dimanfaatkan untuk meningkatkan kandungan material organik pada tanah yang
keras seperti tanah podzolik sehingga dapat meningkatkan aerasi tanah dan
mengurangi bulk density tanah (Susilawati, 2000, dan Cahyani, 2003).
Berdasarkan hasil penelitian Cahyani (2003), Penambahan pupuk bokashi berbahan
dasar arang sekam padi dapat meningkatkan nilai batas cair dan batas plastis
tanah latosol, namun terjadi peningkatan indeks plastisitas.
Penambahan bokashi
arang sekam padi juga berpengaruh terhadap kekuatan geser tanah dan peningkatan
tinggi maksimum tanaman. Bokashi juga dapat digunakan untuk mengurangi
kelengketan tanah terhadap alat dan mesin bajak sehingga dapat meningkatkan
performa alat dan mesin bajak (Yusuf, 2000), dengan pengaplikasian bokashi
sebelum pengolahan tanah dilakukan.
Di Jepang, bokashi
telah digunakan sejak tahun 80-an. Banyak petani di negeri sakura memilih
bokashi untuk lahan pertaniannya dikarenakan bokashi dapat memperbaiki struktur
tanah yang sebagian besar telah menjadi keras akibat penggunaan pupuk kimia
terus-menerus.
Selain itu bokashi juga
terbukti meningkatkan kesuburan serta produktifitas tanaman meski efek ini baru
dapat dirasakan setelah bertahun-tahun penggunaan. Hal tersebut sangat wajar
karena pupuk alami semacam bokashi biasanya memang mengandung unsur hara dalam
dosis kecil, namun lengkap unsur makro dan mikronya.
Belum diketahui dengan
jelas mengapa petani di Indonesia enggan menggunakan bokashi. Padahal bila mau,
bahan baku bokashi tersedia melimpah dan bahkan seringkali dianggap sebagai
limbah sehingga kerap dihargai sangat murah.
Cara Pembuatan :
1. Cara pembuatan Bokashi jerami.
Bahan :
1. Jerami, dipotong sepanjang 5-10 cm (20 bagian)2. Dedak (1 bagian)3. Sekam (20 bagian)4. Gula pasir (5 sendok makan)5. EM4 (5 semdok makan)6. Air (20 liter)
Cara pembuatan :
- Larutkan EM4 dan gula kedalam air
- Campur jerami, sekam dan dedak sampai merata
- Siram adonan dengan larutan EM 4 sampai kandungan air adonan mencapai 50 % atau bila adonan dikepal air tidak menetes dari adonan, dan bila kepalan dilepas adonan akan megar.
- Adonan digundukkan di atas ubin kering dengan ketinggian 15-20 cm kemudian ditutup dengan karung goni selama 3-4 hari.
- Suhu adonan dicek setiap 5 jam sekali. Pertahankan suhu adonan 40-50 o C, bila suhu lebih dari 50 o C karung penutup dibuka lalu adonan dibolak-balik kemudian kembali ditutup.
- Setelah 4 hari bokashi selesai terfermentasi dan dapat digunakan sebagai pupuk.
2. Bokashi jadi (20 bagian)
Bahan-bahan organik
lainnya dapat dibuat bokashi dengan campuran bahan serta cara membuat seperti
diatas. Dapat pula dibuat bokashi ekspres (matang dalam 24 jam) dengan
komposisi bahan sbb:
Bahan :
- Jerami/daun kering/sekam/serbuk gergaji atau bahan lain yang dapat difermentasi (20 bagian)
- Dedak (2 bagian)
- Gula pasir (5 sendok makan)
- Air (20 liter)
Cara membuat sama dengan no 1
.
Cara Penggunaan
- Bokashi dapat disebar merata di atas permukaan tanah dengan dosis 3-4 genggam /meter persegi.
- Pada tanah yang kurang subur dapat diberikan lebih banyak.
- Kemudian tanah dicangkul atau dibajak, untuk mencampurkan bokashi.
- Pada tanah sawah pemberian bokashi dilakukan pada saat pembajakan dan setelah tanaman berumur 14 hari dan 1 bulan.
- Setelah bokashi disebar, semprotkan 2 cc EM4/Liter air ke dalam tanah. Seminggu kemudian bibit siap ditanam.
- Untuk tanaman buah-buahan, bokashi disebar merata di permukaan tanah/perakaran tanaman.
- Penyiraman dengan EM 4 (2 cc EM4/Liter ) dilakukan tiap 2 minggu sekali.
No comments:
Post a Comment